Kata orang, laki-laki yang baik mencari perempuan yang baik.
Kata orang, perempuan yang baik adalah perempuan yang sholeha.
Kata orang, perempuan sholeha adalah idaman.
Tapi, nyatanya itu hanya kata orang.
Malam itu, aku tau bahwa tidak semua orang berpikir sama dengan "kata orang". Malam itu, aku paham bahwa setiap orang boleh berasumsi tapi masing-masing punya prinsip sendiri dalam hati.
Dalamnya lautan bisa diukur, tapi dalamnya hati siapa yang tau.
Dan kamu, tidak akan pernah tau betapa dalam rasa sakit hati seorang Perempuan yang kau hempas begitu saja, hanya karena kamu merasa Ia terlalu baik.
Tapi, itu tidak penting. Lupakan saja.
Yang harus kamu tau adalah, Perempuan baik akan selalu memaafkan dan mengikhlaskan.
Kamis, 31 Mei 2018
Bahagia yang sederhana
Pasca kehidupan kampus, banyak hal-hal yang aku lewati. Bahagia, sedih, galau, khawatir, ragu dan lain sebagainya.
Sama seperti kebanyakan orang, aku pun juga mengalami "quarter life crisis". yeah, dan itu adalah moment paling nggak enak banget menurutku. Dimana saat itu, aku merasa bahwa aku hidup tapi aku nggak berguna. aku hidup buat apa? aku kok nggak berguna? hey, Uzi yang dulunya waktu kuliah punya banyak impian pasca kuliah, sekarang kamu bisa apa? kamu siapa? hah?
beribu pertanyaan memenuhi otakku sendiri.
Kala itu, aku sebenernya sudah mulai bekerja. Yap,Alhamdulillah aku mulai kerja sudah dari selepas aku wisuda, bulan Desember. aku kerja di sebuah startup yang baru mulai dirintis, namanya: beniso.id jadi, aku pun jadi semacam first employee nya. Beniso belum punya kantor resmi jadi aku bisa bekerja remote dari rumah.
Nah, mungkin karena aku dirumah, dan keluargaku kerja semua kalau jam kerja, jadi aku dirumah sendiri, sepi dan membuatku sering bertanya-tanya tentang hidup ini. Belum lagi tetangga-tetangga yang sering tanya "mbak kerja dimana?" sudah aku jelaskan pun, dari gerak geriknya sepertinya dalam hati mereka "udah kerja tapi kok tetep dirumah?". hmmm, culture startup memang belum terlalu familiar di masyarakat kita. culture bekerja masih tentang berangkat pagi pulang sore, dan berseragam rapi. Padahal intinya pun sama, setiap bulan dapat gaji kan? haha :")
Lalu orang-orang, termasuk keluargaku mulai menekan aku, supaya aku mencari pekerjaan lagi. Padahal sebenernya pekerjaan ini aku banget dan aku pun nyaman. Bebas, berkreatifitas dan yang paling penting ini adalah sebuah proses pembelajaran untukku: belajar berbisnis. Yap, atasan-atasan ku adalah Para alumni MIPA UGM, business man yang sukses, aku yakin dan percaya lewat beniso aku bisa belajar naik turun bagaimana membangun sebuah startup digital. Selain itu, aku juga percaya akan niat baik bernilai ibadah dari startup ini. Startup ini fokus pada bidang pendidikan gratis. Nah, bukankah Allah menyukai orang-orang yang mengajarkan kebaikan pada orang lain?
Meskipun aku bahagia dan nyaman dan yakin akan impianku di masa depan bahwa bisnis ini akan berjalan, tapi suara-suara negatif disekitarku tentang aku dan pekerjaanku terus bermunculan. Lama kelamaan, kalau aku terus mengalami Quarter life crisis ini gawat, aku rasa lama lama aku malah bisa depresi. Nauzubillahi min dzalik. Apalagi saat itu baru heboh ada berita meninggalnya artis Korea karena depresi.
Akhirnya aku memutuskan untuk ngekos aja lah lagi di Jogja. Ya, sebenernya selain karena alasan kesehatan (capek PP Jogja-Klaten kalau pas lagi kerja), alasan urgent lainnya adalah aku nggak mau depresi! hahaha menyelamatkan diri sendiri lah.
Akhirnya aku pun mencari kos lagi. Tapi, aku punya ide lain. Hehe, impianku dari dulu adalah siang-siang jadi wanita karir, malam-malam jadi santri. Meskipun dulu, latar impianku adalah Bandung! hahaha, teteup ya sist.
Jadi dulu impianku setelah kuliah adalah: kerja di Bandung, sambil merintis bisnis. Lalu malamnya nyantri di Pondok, jadi nginep/mukim di Pondok Pesantren. Kenapa pengen mondok? karena aku merasa ilmu ku masih cetek banget. Sebelum kelak menikah aku pengen banget menuntut ilmu dulu, nah jadi aku bisa share ilmu ke anak-anakku nantinya, dan bisa menjalani kehidupan berumah tangga sesuai dengan ajaran Islam yang benar. aamiin, Allahumma Aamiin. (padahal belum tau siapa calonnya(?) wkwkwk)
Lanjut.
Ya meskipun, latar settingnya berubah dari rencana awal, dari Bandung jadi Jogja hehehe tapi rencana selanjutnya harus aku wujudkan!
Bulan Februari 2018, aku pun menuju Ponpes Inayatullah untuk mencari tau pendaftaran bagaimana cara menjadi santri disitu. Ternyata harus mengantri di waiting list dulu. karena yang minat mondok banyak sedangkan gedungnya belum bisa menampung semuanya.
"Jadi kalau masuk di waiting list kapan mbak saya bisa masuk?"
"Oh kami belum bisa memastikan mbak, jadi tergantung apakah ada yang keluar atau nggak. Jadi, nanti bakal dihubungi lagi. Atau mbak ikut ngaji kalongan aja, jadi ikut madrasah tapi nggak harus mukim disini kok mbak, nanti misal ngekos ya malamnya kesini aja mbak ikut ngaji", kata mbak Septi, salah satu pengurus Pondok.
"wah, bisa gitu mbak?"
"iya, bisa kok mbak"
"mauuuuu".
"ya mbak, besok datang aja buat tes dulu nanti buat nentuin mbak masuk kelas apa".
"okesiap, besok aja ya mbak kalau aku dah dapat kos"
"iya mbak, nanti kabarin lagi aja".
Singkat cerita, sekarang bulan Mei, dan bulan ini adalah bulan Ramadhan jadi ada banyak kajian kalau Ramadhan, ada yang habis subuh, siang, sore dan malam habis tarawih.
Bulan ini lah aku mulai jadi santri kalongan. Aku ikut ngaji yang habis tarawih dan habis subuh, siang dan sore aku dikos, kerja.
Hari pertama aku nyantri, aku merasa bahagiaaaaa banget. Entah bahagia yang tak dapat didefinisikan besarnya kebahagiaan ku wkwk *lebaysih.
karena apa?
Karena ternyata rencana Allah jauuuh lebih indah dari rencanaku. Jadi, ngaji kitab di Inayatullah kan pakai bahasa Jawa ya, makanya aku jadi paham 99% apa yang Pak Kyai sampaikan. Beda banget sama waktu aku ikut nyantri di Ponpes As Salafiyah, Bandung Barat waktu aku KKN dulu, bahasa pengantarnya Aa' Pengasuh Pesantren kan sunda ya, jadi aku nggak ngerti. ya ngerti sih dikit-dikit kalau Aa' menerjemahkan pakai b.Indo, atau saat aku tanya ke teh Icha apa artinya. hehe tapi ya lama kan prosesnya dan ngrepotin orang dulu gitu (buat menerjemahkan sunda ke b.Indo :D).
Nah, sedangkan sekarang? aku nggak perlu ngrepotin Pak Kyai ataupun teman santri, aku bisa mencatat langsung apa yang Pak Kyai sampaikan. waah, seneng banget dapet ilmu dari Pak Yai!
Ya, bahagia itu sederhana. Bahagia nggak harus tentang uang berjuta-juta di rekening. Hahahaha, aku pun enggak banyak lho gajinya. Ya, karena Jogja UMR nya juga rendah kan, selain itu meski jabatanku Executive tapi ini kan masih startup yang baru dirintis juga, jadi nggak bisa lah langsung meraup banyak Rupiah. BUT, IT'S NO PROBLEM! I'M HAPPY! Alhamdulillah 'ala kulli haal.
Selain itu, di Jogja aku juga ikut ngajar di Katadema, semacam lembaga untuk ngajar Sains di SD-SD yang mau kerjasama gitu. Biasanya yang mau kerjasama SD elite sih, hehe like as SD Sapen. Yeaay, jadi aku bisa ngajar di Sapen! Padahal dulu liat SD Sapen aja kayak mimpi banget gitu, karena orang-orangnya kaya semua. wkwk
Aku juga aktif di kegiatan-kegiatan startup, salah satunya #1000startup. Aku bahagiaa banget, disini aku ketemu banyak temen baru multidisipliner ilmu. Aku punya tim. 2 partnerku adalah adik tingkat ku di MIPA, Azzam dan Kobar. Asiik banget mereka orangnya, baiik nan sholeh hahaha. Pokoknya bisa jadi partner kerja sekaligus teman yang sholeh. aamiin, doakan semoga startup yang akan kita bangun nantinya bisa sukses dan bermanfaat bagi masyarakat luas ya. Allahumma aamiin, Shollu 'alan nabi Muhammad :)
Sama seperti kebanyakan orang, aku pun juga mengalami "quarter life crisis". yeah, dan itu adalah moment paling nggak enak banget menurutku. Dimana saat itu, aku merasa bahwa aku hidup tapi aku nggak berguna. aku hidup buat apa? aku kok nggak berguna? hey, Uzi yang dulunya waktu kuliah punya banyak impian pasca kuliah, sekarang kamu bisa apa? kamu siapa? hah?
beribu pertanyaan memenuhi otakku sendiri.
Kala itu, aku sebenernya sudah mulai bekerja. Yap,Alhamdulillah aku mulai kerja sudah dari selepas aku wisuda, bulan Desember. aku kerja di sebuah startup yang baru mulai dirintis, namanya: beniso.id jadi, aku pun jadi semacam first employee nya. Beniso belum punya kantor resmi jadi aku bisa bekerja remote dari rumah.
Nah, mungkin karena aku dirumah, dan keluargaku kerja semua kalau jam kerja, jadi aku dirumah sendiri, sepi dan membuatku sering bertanya-tanya tentang hidup ini. Belum lagi tetangga-tetangga yang sering tanya "mbak kerja dimana?" sudah aku jelaskan pun, dari gerak geriknya sepertinya dalam hati mereka "udah kerja tapi kok tetep dirumah?". hmmm, culture startup memang belum terlalu familiar di masyarakat kita. culture bekerja masih tentang berangkat pagi pulang sore, dan berseragam rapi. Padahal intinya pun sama, setiap bulan dapat gaji kan? haha :")
Lalu orang-orang, termasuk keluargaku mulai menekan aku, supaya aku mencari pekerjaan lagi. Padahal sebenernya pekerjaan ini aku banget dan aku pun nyaman. Bebas, berkreatifitas dan yang paling penting ini adalah sebuah proses pembelajaran untukku: belajar berbisnis. Yap, atasan-atasan ku adalah Para alumni MIPA UGM, business man yang sukses, aku yakin dan percaya lewat beniso aku bisa belajar naik turun bagaimana membangun sebuah startup digital. Selain itu, aku juga percaya akan niat baik bernilai ibadah dari startup ini. Startup ini fokus pada bidang pendidikan gratis. Nah, bukankah Allah menyukai orang-orang yang mengajarkan kebaikan pada orang lain?
Meskipun aku bahagia dan nyaman dan yakin akan impianku di masa depan bahwa bisnis ini akan berjalan, tapi suara-suara negatif disekitarku tentang aku dan pekerjaanku terus bermunculan. Lama kelamaan, kalau aku terus mengalami Quarter life crisis ini gawat, aku rasa lama lama aku malah bisa depresi. Nauzubillahi min dzalik. Apalagi saat itu baru heboh ada berita meninggalnya artis Korea karena depresi.
Akhirnya aku memutuskan untuk ngekos aja lah lagi di Jogja. Ya, sebenernya selain karena alasan kesehatan (capek PP Jogja-Klaten kalau pas lagi kerja), alasan urgent lainnya adalah aku nggak mau depresi! hahaha menyelamatkan diri sendiri lah.
Akhirnya aku pun mencari kos lagi. Tapi, aku punya ide lain. Hehe, impianku dari dulu adalah siang-siang jadi wanita karir, malam-malam jadi santri. Meskipun dulu, latar impianku adalah Bandung! hahaha, teteup ya sist.
Jadi dulu impianku setelah kuliah adalah: kerja di Bandung, sambil merintis bisnis. Lalu malamnya nyantri di Pondok, jadi nginep/mukim di Pondok Pesantren. Kenapa pengen mondok? karena aku merasa ilmu ku masih cetek banget. Sebelum kelak menikah aku pengen banget menuntut ilmu dulu, nah jadi aku bisa share ilmu ke anak-anakku nantinya, dan bisa menjalani kehidupan berumah tangga sesuai dengan ajaran Islam yang benar. aamiin, Allahumma Aamiin. (padahal belum tau siapa calonnya(?) wkwkwk)
Lanjut.
Ya meskipun, latar settingnya berubah dari rencana awal, dari Bandung jadi Jogja hehehe tapi rencana selanjutnya harus aku wujudkan!
Bulan Februari 2018, aku pun menuju Ponpes Inayatullah untuk mencari tau pendaftaran bagaimana cara menjadi santri disitu. Ternyata harus mengantri di waiting list dulu. karena yang minat mondok banyak sedangkan gedungnya belum bisa menampung semuanya.
"Jadi kalau masuk di waiting list kapan mbak saya bisa masuk?"
"Oh kami belum bisa memastikan mbak, jadi tergantung apakah ada yang keluar atau nggak. Jadi, nanti bakal dihubungi lagi. Atau mbak ikut ngaji kalongan aja, jadi ikut madrasah tapi nggak harus mukim disini kok mbak, nanti misal ngekos ya malamnya kesini aja mbak ikut ngaji", kata mbak Septi, salah satu pengurus Pondok.
"wah, bisa gitu mbak?"
"iya, bisa kok mbak"
"mauuuuu".
"ya mbak, besok datang aja buat tes dulu nanti buat nentuin mbak masuk kelas apa".
"okesiap, besok aja ya mbak kalau aku dah dapat kos"
"iya mbak, nanti kabarin lagi aja".
Singkat cerita, sekarang bulan Mei, dan bulan ini adalah bulan Ramadhan jadi ada banyak kajian kalau Ramadhan, ada yang habis subuh, siang, sore dan malam habis tarawih.
Bulan ini lah aku mulai jadi santri kalongan. Aku ikut ngaji yang habis tarawih dan habis subuh, siang dan sore aku dikos, kerja.
Hari pertama aku nyantri, aku merasa bahagiaaaaa banget. Entah bahagia yang tak dapat didefinisikan besarnya kebahagiaan ku wkwk *lebaysih.
karena apa?
Karena ternyata rencana Allah jauuuh lebih indah dari rencanaku. Jadi, ngaji kitab di Inayatullah kan pakai bahasa Jawa ya, makanya aku jadi paham 99% apa yang Pak Kyai sampaikan. Beda banget sama waktu aku ikut nyantri di Ponpes As Salafiyah, Bandung Barat waktu aku KKN dulu, bahasa pengantarnya Aa' Pengasuh Pesantren kan sunda ya, jadi aku nggak ngerti. ya ngerti sih dikit-dikit kalau Aa' menerjemahkan pakai b.Indo, atau saat aku tanya ke teh Icha apa artinya. hehe tapi ya lama kan prosesnya dan ngrepotin orang dulu gitu (buat menerjemahkan sunda ke b.Indo :D).
Nah, sedangkan sekarang? aku nggak perlu ngrepotin Pak Kyai ataupun teman santri, aku bisa mencatat langsung apa yang Pak Kyai sampaikan. waah, seneng banget dapet ilmu dari Pak Yai!
Ya, bahagia itu sederhana. Bahagia nggak harus tentang uang berjuta-juta di rekening. Hahahaha, aku pun enggak banyak lho gajinya. Ya, karena Jogja UMR nya juga rendah kan, selain itu meski jabatanku Executive tapi ini kan masih startup yang baru dirintis juga, jadi nggak bisa lah langsung meraup banyak Rupiah. BUT, IT'S NO PROBLEM! I'M HAPPY! Alhamdulillah 'ala kulli haal.
Selain itu, di Jogja aku juga ikut ngajar di Katadema, semacam lembaga untuk ngajar Sains di SD-SD yang mau kerjasama gitu. Biasanya yang mau kerjasama SD elite sih, hehe like as SD Sapen. Yeaay, jadi aku bisa ngajar di Sapen! Padahal dulu liat SD Sapen aja kayak mimpi banget gitu, karena orang-orangnya kaya semua. wkwk
Aku juga aktif di kegiatan-kegiatan startup, salah satunya #1000startup. Aku bahagiaa banget, disini aku ketemu banyak temen baru multidisipliner ilmu. Aku punya tim. 2 partnerku adalah adik tingkat ku di MIPA, Azzam dan Kobar. Asiik banget mereka orangnya, baiik nan sholeh hahaha. Pokoknya bisa jadi partner kerja sekaligus teman yang sholeh. aamiin, doakan semoga startup yang akan kita bangun nantinya bisa sukses dan bermanfaat bagi masyarakat luas ya. Allahumma aamiin, Shollu 'alan nabi Muhammad :)
Para Pembaca yang budiman, inti dari cerita ku adalah No matter what people think of and judg us, life must go on! be grateful person, give thanks to Allah for everything He plan in our life. Believe that Allah the best planner in our life, and we just serve of God that don't know anything.
Langganan:
Postingan (Atom)
Surat Bunga pada Daun yang tlah gugur
Bapak, baru saja aku membaca ulang tulisanku sendiri, dan aku menangis. Ya, ternyata terakhir aku menulis tulisan tentang Bapak berjudul ...
-
Hai, aku muncul lagi. Setelah membaca tulisan salah seorang teman, aku jadi ingin menulis lagi. barangkali menulis bisa menjadi wadah untuk...
-
untukmu Perempuan Senja, semoga sempat membaca tulisan sederhana ini. Mungkin saat ini, kedua mata lentik mu sedikit memudar kecantikann...
-
Suara hujan deras menderu bersama suara kendaraan yang saling berlomba. Para pedagang kocar-kacir melindungi barang-barang dagangannya. An...