Langsung ke konten utama

Jendela Penjara

7 bulan lalu kita bertemu dalam keprihatinan. Terkurung, jeruji besi lah objek pemandangan.
Masih ingatkah kamu, saat kita bercerita tentang mimpi-mimpi. Dan berharap kan terwujud suatu hari nanti. Nanti, ketika kita bisa lepas dan menghirup udara bebas.
Kemudian kamu dan aku pun sama-sama berjuang sekuat yang kita mampu untuk mencari mentari, tempat kita bermimpi.
---
Kini, kita dipertemukan kembali, di kota yang kata orang istimewa. Kota yang mampu membekukan tawa.
Kini, kau telah bebas, menghirup udara lepas. Terhempas, melupakan semua sesak nafas.
Belum sempat aku mengucapkan selamat. Kamu telah menjadi orang hebat. Membawa semua asa mu mendekat.
Aku melihatmu menyapaku dengan wajah berseri.  Bahkan hampir saja aku tak mengenali wajahmu kembali. Ya, tak ada mendung dalam pancaran lensa matamu lagi. Aku rasa kamu sudah menemukan mentari.
Sedangkan aku?
Masih terpenjarat.
---

Namun, tenang kawan, tak usah khawatir aku tak mampu bertahan. Tak usah takut, aku akan menyalahkan Tuhan tentang ketidakadilan.
Jika kamu berfikir, aku masih meratapi jeruji besi ini dengan tangisan. Jika kamu mengira, aku belum bisa memaafkan keadaan. Jika kamu merasa, aku masih dirundung elegi kesengsaraan.
Maka, kamu salah.
Lihatlah. Aku terbingkai dalam senyuman. Karena disinilah aku belajar kehidupan.  
Aku tak ingin lagi menjadi pendekte kebahagiaan. Sebab Tuhan selalu memberi kejutan-kejutan. Dan kamu tau, kejutan yang Tuhan berikan jauh lebih indah dari harapan-harapan yang ku simpan.
Semakin hari aku merasa bahwa aku hanyalah seorang yang buta dan dusta, tentang segala kenikmatan. Aku hanyalah seorang yang sedang berproses memahami kesempurnaan Tuhan. Aku hanyalah seorang yang terlalu dini mengatakan ini neraka, padahal surga yang tersembunyikan.
Kamu ingin tau, bagaimana aku bisa membangunkan diriku untuk melihat perubahan? Dengarkan kisahku..
Dalam ruang kosong ini, ada sebuah jendela yang kusam. Selama ini aku hanya melihatnya sebelah mata. Seakan ia tak akan mengubah keadaan, atau membunuh bosan.
Aku menuju jendela kumal. Bersampul debu yang menggumpal.  Segera ku ambil gombal. Kemudian, aku bersihkan. Berharap persegi panjang kaca ini tak lagi menjadi tapal.
Dan akhirnya aku menemukan keajaiban. Melihat dunia dalam keindahan.
Disana, aku bisa melihat senja yang romantis. Disana, aku bisa melihat anak-anak bermain, berlari hingga menangis. Disana, aku bisa melihat rintik gerimis hingga pola hujan yang simetris. Disana, aku melihat pasangan muda tertawa dan tersenyum manis. Disana, aku bisa melihat sungai yang mengalir dinamis.
---
Kawan, pada akhirnya aku mengerti. Tuhan tak hanya menyayangimu. Tapi, juga menyayangiku.
Aku rasa, jika aku keluar melihat dunia luar maka aku akan nanar. Untuk itu Tuhan menyimpanku disini, agar aku terhindar dari rasa gusar.
Sebab mungkin saja aku tak mampu, melawan salju. Sebab mungkin saja tak dapat ku rengkuh, angin puyuh. Sebab mungkin saja aku akan lalai oleh ramai. Dan mungkin masih ada banyak hal yang buat hidupku penuh aral.
Tuhan Maha Segalanya. Tuhan menyayangi setiap makhluk-Nya. Dan Tuhan memiliki ribuan cara membahagiakan kita, manusia.



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

kata orang

Kata orang, laki-laki yang baik mencari perempuan yang baik. Kata orang, perempuan yang baik adalah perempuan yang sholeha. Kata orang, perempuan sholeha adalah idaman. Tapi, nyatanya itu hanya kata orang . Malam itu, aku tau bahwa tidak semua orang berpikir sama dengan "kata orang". Malam itu, aku paham bahwa setiap orang boleh berasumsi tapi masing-masing punya prinsip sendiri dalam hati. Dalamnya lautan bisa diukur, tapi dalamnya hati siapa yang tau. Dan kamu, tidak akan pernah tau betapa dalam rasa sakit hati seorang Perempuan yang kau hempas begitu saja, hanya karena kamu merasa Ia terlalu baik. Tapi, itu tidak penting. Lupakan saja. Yang harus kamu tau adalah, Perempuan baik akan selalu memaafkan dan mengikhlaskan.

Bahagia yang sederhana

Pasca kehidupan kampus, banyak hal-hal yang aku lewati.  Bahagia, sedih, galau, khawatir, ragu dan lain sebagainya. Sama seperti kebanyakan orang, aku pun juga mengalami  "quarter life crisis".  yeah, dan itu adalah moment paling nggak enak banget menurutku. Dimana saat itu, aku merasa bahwa aku hidup tapi aku nggak berguna. aku hidup buat apa? aku kok nggak berguna? hey, Uzi yang dulunya waktu kuliah punya banyak impian pasca kuliah, sekarang kamu bisa apa? kamu siapa? hah? beribu pertanyaan memenuhi otakku sendiri. Kala itu, aku sebenernya sudah mulai bekerja. Yap,Alhamdulillah aku mulai kerja sudah dari selepas aku wisuda, bulan Desember. aku kerja di sebuah startup yang baru mulai dirintis, namanya:    beniso.id  jadi, aku pun jadi semacam  first employee  nya. Beniso belum punya kantor resmi jadi aku bisa bekerja  remote  dari rumah. Nah, mungkin karena aku dirumah, dan keluargaku kerja semua kalau jam kerja, jadi aku dirumah sendiri, sepi dan membuatku sering bertan

Graduation

Nduk, maafkan Bapak tak dapat membersamaimu di hari bahagiamu memakai toga. Semoga kamu tak bersedih hati meski tanpa ada Bapak di sisi. Bapak, tiada kesedihan pada hati yang ikhlas. Segala skenario hidup ini merupakan takdir dari Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui yang wajib di imani. Duhai Bapak, lihatlah senyuman ini, tanpa ada genang air di netra. Percayalah Pak, bahagia ini murni lahir dan batin. Meski Bapak hilang dalam pandang dan hanya bisa ku kenang tapi cinta Bapak tak kan lekang. Akhirnya impian Bapak terwujud ya, anak Bapak telah menjadi bagian dari Universitas Gadjah Mada 😊 Meski dunia kita tlah berbeda, ku yakin Bapak juga ikut bahagia dari atas sana. Terimakasih alm.Bapak, Ibu, Mas, Mbak dan keponakan untuk kasih sayang dan segala support selama ini.  Saatnya berkarya untuk membahagiakan yang masih ada dan tak lupa mengirim bait-bait doa pada yang tlah tiada. Teman-teman bersyukurlah jika saat wisuda masih ditemani kedua orangtua lengkap. Pun bagi yang sudah ta