Jumat, 19 Oktober 2012

PACARAN = NASI PUTIH

-->

(Ini artikel pertamaku, yg membawaku ke SOLOPOS.. ya, meski akhirnya tidak terpilih menjadi wasis, tp, lolos 20 besar  aj udah seneng kok :) yuk, capcus dibaca ya!)

 Pacaran = (sama dengan) nasi putih?!
Hah?  Kok bisa sih?! Pasti, anda bertanya-tanya.
Sebelum saya jelaskan maksudnya, saya ingin menjelaskan arti kata satu-persatu dahulu.
NASI PUTIH
Ada yang nggak tahu nasi putih? !
Saya yakin 100%, pasti setiap orang tahu.
Pernah merasakan?!
Pastinya!
Ya, nasi putih itu di ketahui oleh setiap orang. Bukan jadi barang langka lagi. Selain tiap orang tahu, pasti juga pernah merasakan.. (kecuali sama orang yang nggak doyan lhoo yaa!)
Dari mulai anak-anak, remaja, bapak-bapak, ibu-ibu, bahkan kakek-nenek. Ya, intinya nasi putih itu diketahui dan dirasakan hampir tiap orang. Bukan cuma itu, nasi putih juga mudah di dapatkan. Dimana-mana pasti ada. Di warung-warung, restoran, bahkan luar negeri sekalipun.
Istilahnya “menjamur” di semua lapisan, kasta, juga ruang dan waktu.


PACARAN
[“Hari gini, nggak punya pacar?! Hello.. 2012 gitu !” ]
Ya, itulah opini para remaja saat ini..
Jadi, telah jelas, nggak ada remaja yang nggak tahu istilah pacaran. Bukan cuma remaja sih, tapi, anak-anak bapak-bapak, ibu-ibu, kakek-nenek juga tahu..
Pacaran adalah masa penjajakan, masa mengenal satu sama lain antar lawan jenis yang dilandaskan rasa cinta.
            Hmmm, nggak terhitung lagi, berapa banyak orang yang pacaran sekarang ini. Dari mulai remaja pastinya, karena yang lagi dimasa pubertas. Disamping remaja, orang dewasa juga banyak yang pacaran, bahkan anak-anak sekalipun! Meskipun cinta mereka cinta monyet (haha, kok monyet ya?! Kenapa nggak cinta kura-kura, atau kupu-kupu atau yang lain yang lebih bagus aja?! Hehe)
Walaupun, ada juga sih, yang nggak mau pacaran, tapi, ta’aruf, terus langsung nikah aja.. tapi, hampir 90% remaja itu pacaran.

HUBUNGAN PACARAN DENGAN NASI PUTIH
            Nah, setelah baca penjelasan pacaran dan nasi putih tadi, bisa disimpulkan banyak persamaan antara nasi putih dan pacaran. Diantaranya :
Ø  Sama-sama bukan lagi hal yang asing bagi kita
Ø  Hampir tiap orang tahu dan merasakan
Ø  Dimanapun ada
Ø  Menjamur di semua lapisan

Kalau dikaji lebih dalam, seiring dengan berjalannya waktu, nasi putih dan pacaran akan terus mengalami peningkatan. Baik peningkatan jumlah ataupun “terobosan baru” (variasi) dari tahun ketahun, terutama di era modernisasi ini.
Nasi putih bisa dibuat banyak variasi, misal : nasi goreng, kuning, uduk, bakar, dll.
Pacaran juga bervariasi, misal : backstreet, long distance (pacaran jarak jauh), pacaran lewat jejaring social dunia maya, dll.
Semakin banyak variasi, semakin banyak orang yang ingin terjun “mencicipinya”.

Pada kenyataannya, kita sebagai remaja harusnya prihatin dengan alur kehidupan modern dan global ini. Pacaran adalah salah satu pengaruh modernisasi di kalangan remaja. Sehingga , terkesan bahwa para remaja merasa jadi orang yang sangat hebat dan gaul, ketika mereka menggandeng pacar mereka.
Sebenarnya dibalik rasa bangga yang dirasa para remaja saat berpacaran, ada banyak sisi negative dari pacaran. Dilhat dari sisi agama, norma dan nilai sosial.
Dari agama (Islam) jelas, bahwa pacaran itu tidak disyari’atkan. Sedangkan, dari sisi nilai dan norma sosial, Indonesia itu termasuk ke dalam daerah timur yang menjunjung tinggi kesopanan dan kesusilaan masyarakat.
Apakah sopan, laki-laki dan perempuan pergi berdua-duaan, duduk dibawah pohon, bergandengan tangan dipinggir jalan, bahkan kiss di tempat umum…??
Renungkanlah !!

Ya, pelajaran buat kita semua, bahwa kita sebagai remaja tidak boleh larut dalam arus modernisasi. Tetaplah jaga dan patuhi aturan dan norma yang berlaku. Pintar-pintar menyaring hal-hal positive-negative dampak modernisasi ini. Jangan sampai kita malah terjerumus ke jalan yang salah dan kehilangan jati diri sebagai “wong wetan”.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Surat Bunga pada Daun yang tlah gugur

Bapak, baru saja aku membaca ulang tulisanku sendiri, dan aku menangis. Ya, ternyata terakhir aku menulis tulisan tentang Bapak berjudul ...